Dr Harsoyo, Mantan Rektor UII yang Selalu Merawat Ibunya

Dr Harsoyo (IST)
Dr Harsoyo (IST)

Nama Dr Ir Harsoyo, Msc  menjadi perbicangan di berbagai media baik cetak, online dan televisi.

Pria yang mengundurkan diri dari jabatan rektor Universitas Islam Indonesia (UII) karena mahasiswanya ada yang tewas saat diksar Mapala mempunyai kisah hidup panjang.

Sikap sederhana Harsoyo tidak lepas dari didikan orang tuanya.

Walaupun menduduki orang nomor satu di universitas paling tua di Indonesia, Harsoyo sangat sederhana, dan selalu menjalankan ibadah shalat jamaah bersama para mahasiswanya.

Pria kelahiran Sleman ini  selalu menjalankan shalat Dhuha dan hanya berjalan kaki dengan sandal jepit menuju masjid kampus UII.

Berdasarkan penuturan kepada Republika beberapa waktu lalu, setelah sang ayah meninggal, Harsoyo harus membiayai kuliahnya sendiri. Sementara, sang ibu jatuh sakit karena terserang stroke.

Akibat kondisi tersebut, ia pun harus melakukan tiga aktivitas sekaligus, yakni bekerja, kuliah, dan merawat ibu yang hanya tinggal berdua bersamanya.

Usai berembuk dengan saudara-saudaranya di luar daerah, Harsoyo memutuskan untuk merawat ibunya di rumah daripada di rumah sakit. Setiap sore ia memanggil suster untuk memberi obat dan mengecek kondisi sang ibu. Tetapi, setiap hari dialah yang berperan mengurus semua keperluan ibunya.

“Jadi, pagi-pagi saya suapi ibu dulu, baru setelah itu kerja. Pulangnya Zhuhur, suapi ibu lagi, setelah itu berangkat kuliah,” kata Harsoyo, Rabu (7/9) dikutip dari Republika. Aktivitas tersebut ia lakukan sampai akhirnya sang ibu bisa sembuh.

Usai lulus kuliah, Harsoyo sebenarnya memiliki cita-cita untuk bekerja di perusahaan asing dan pergi merantau ke luar Yogyakarta. Tetapi, lagi-lagi karena kondisi ibu yang semakin sepuh, ia harus memutuskan untuk mencari kerja di wilayah DIY.

Akhirnya Harsoyo pun melamar kerja di UII dan diterima sebagai pengajar Fakultas Teknik hingga saat ini. Sebelum menjadi rektor, ia sempat aktif di Badan Wakaf UII dan mengelola Yayasan yang menaungi UII.

Sejak kecil Harsoyo selalu diajarkan hidup mandiri. Ia bahkan tak jarang harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar di rumah dan kebun. “Ya saya tetep harus macul di sawah. Di rumah ada mesin jahit, saya harus belajar jahit,” katanya menceritakan kehidupan masa kecil.

Setelah lulus SD di Kabupaten Sleman, ia pun melanjutkan pendidikan ke SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Kemudian meneruskan bangku sekolah ke SMAN 3 Yogyakarta. Selama belajar, ia hanya berpikir sederhana, yakni mencari ilmu yang bisa digunakan untuk menghidupi dirinya.

Pemikiran itu pula yang membuat Harsoyo pindah ke jurusan Teknik Sipil. “Minimal kalau saya tidak lulus kuliah saya bisa kerja jadi mandor,” ungkapnya.

Ia mengaku tak memiliki mimpi yang muluk-muluk saat bekerja di UII. Pasalnya, mengabdi di perguruan tinggi hanya ia lakukan untuk memenuhi kewajiban menemani sang ibu dan mengembangkan ilmu pengetahuan.