Progres 98: Waspada, Luhut Panjaitan Incar Habib Rizieq

Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan (IST)
Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan (IST)

Pernyataan Mantan menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan dalam acara Foreign Correspondents Club (Voice of America 16/12/2016) secara tidak langsung mengancam Imam Besar FPI Habib Rizieq.

“Lucu, tindakan Luhut sangat tidak etis dan tendensius. Apakah dia kepala Intelijen Istana, agen CIA, misionaris anti Islam, tokoh radikalis gereja atau Jubir pembela oknum penista agama?” kata Ketua Progres 98 Faizal Assegaf di akun Facebook-nya, Kamis (22/12).

Kata Faizal, pesan pendek itu bisa dinilai sebagai bentuk teror kepada Imam Besar FPI Habib Rizieq, para ulama dan ormas Islam yang berjuang menuntut keadilan dalam kasus penistaan Al Qur’an.

“Lebih jauh, tudingan Luhut bertolak belakang dengan sikap Presiden Jokowi serta seluruh pejabat tinggi negara. Bahkan manuver Luhut terkesan ada kisruh di internal pemerintahan,” ungkapnya.

Faizal mengatakan, Presiden Jokowi dan sejumlah petinggi negara hadir dan melebur dalam kegiatan aksi 212. Serta memberi apresiasi dan bangga dengan demo jutaan ummat Islam yang dilakukan secara sejuk dan damai.

Baca juga:  Tak Pecat Luhut, Jokowi Dianggap Penakut

BACA JUGA:

“Tapi celakanya Luhut menuding bahwa aksi superdamai yang menuntut Ahok dipenjarakan digalang oleh kelompok islamis garis keras dan radikalisme,” ungkapnya.

Kata Faizal, sikap dan pernyataan Luhut jelas merupakan pelecehan, merendahkan martabat ulama dan bertujuan menunjukan permusuhan secara terbuka kepada ummat Islam.

Mantan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan menuding aksi Bela Islam yang dilakukan oleh ulama dan jutaan ummat dimotori oleh kelompok radikal.

Luhut menegaskan: “Pemerintah tidak kalah dalam perjuangan melawan radikalisme meskipun kelompok-kelompok Islamis garis keras menarik ratusan ribu orang untuk melakukan protes melawan gubernur Jakarta yang beragama Kristen.”

Pernyataan itu terlontar dalam acara Jakarta Foreign Correspondents Club, Luhut mengatakan: “Kami tidak kehilangan kontrol.” (sumber: Voice of America 16/12/2016)