Kiai NU Penggagas Islam Nusantara tak Setuju Non Muslim Jadi Pemimpin

KH Afifuddin Muhajir (IST)
KH Afifuddin Muhajir (IST)

Kiai NU dan salah satu penggagas Islam Nusantara, KH Afifuddin Muhajir tidak setuju non muslim menjadi pemimpin.

Dalam artikel berjudul “Pemimpin Non-Muslim dan Pengkhiatan sebagai Illat, Tanggapan untuk Dr Nadirsyah Hosen”, Kiai Afifuddin mengatakan, tidak setuju pemimpin non muslim karena illatnya (kausanya).

“Dalam soal keharaman umat muslim memilih pemimin/pejabat non muslim, saya tidak keberatan dengan pendapat Prof Dr. Nadirsyah Hosen yang menjadikan pengkhianatan, bukan kekufuran sebagai illatnya,” tulis pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur.

Kiai Afifuddin memahami fenomena tampilnya non-muslim sebagai gubernur atau jenderal di masa kekhalifahan Umawiyah dn Abbasiyah.

“Mengapa saya bisa sedikit memahami hal itu? Karena negara khilafah pada saat itu bisa dibilang negara adikuasa dan posisi umat Islam ada di atas angin,” ungkapnya.

Kiai Afifuddin mengatakan, saat itu Yahudi dan Nasrani berposisi sebagai ahludz dzimmah, sehingga mereka yang dilibatkan dalam pemerintahan harus berpikir 100 kali untuk terang-terangan berkhianat pada Islam.

“Sekarang kondisi sudah berubah; Negara-negara mayoritas Islam tidak lagi menjadi negara adikuasa. Umat Islam tidak lagi ada di atas angin, tapi jauh berada di bawah angin,” jelas Kiai Afifuddin.

Kiai Afifuddin mengatakan, kalau umat yang sudah lemah ini mempersilakan orang lain menjadi pemimpin, padahal dari kalangan Islam sendiri masih bayak yang mampu, inilah yang perlu dikhawatirkan.

“Para kandidat yang akan bertarung di ajang pemilihan masing-masing punya sponsor, dan pada hakikatnya sponsor-sponsor itulah yang bertarung. Jangan dikira bahwa sponsor itu semuanya orang Madura atau orang Jawa,” pungkas penulis kitab Fathul Mujibil Qarib.