Elektabilitas Makin Turun, Ahok Sengaja Munculkan Isu SARA agar Terlihat Terzalimi

Capture di Video Ahok
Capture di Video Ahok

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) segera memunculkan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) untuk memunculkan rasa simpati terlihat terzalimi terlebih lagi saat ini elektabilitas mantan Bupati Belitung Timur makin jeblok.

“Ahok itu punya konsultan politik dan pernyataan SARA itu trik untuk menaikkan elektabilitas di tengah jebloknya suara Ahok oleh lembaga survei,” kata pengamat politik Ahmad Yazid kepada suaranasional, Jumat (7/10).

Kata Yazid, setelah muncul SARA, buzzer dan media-media mulai ‘menggoreng’ seolah-olah Ahok terzalimi. “Pola yang dilakukan seolah-olah Ahok terzalimi, dan pemilih Islam berbuat onar dan lain sebagainya,” ungkap Yazid.

Menurut Yazid, strategi Ahok ini selalu dimunculkan untuk menarik simpati. “Adapun target yang ingin dicari suara kalangan anak muda yang buta terhadap agama, politik dan hanya melihat sisi luarnya saja. Ini menjadi garapan tim Ahok setelah muncul isu SARA,” papar Yazid.

Kata Yazid, Ahok merasa terpojok dengan pemberitaan kasus penggusuran, kemanusiaan, dan dugaan korupsi. “Kasus Bukit Duri yang secara hukum dilanggar Ahok makin menyulitkan Ahok, maka untuk mengaburkan dibuat kasus SARA,” ungkap Yazid.

Semakin banyak lembaga survei yang menyebut elektabilitas, popularitas, dan kesukaan masyarakat kepada  calon petahana Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, terus merosot tajam.

Survei teranyar dirilis PolMark Reseacrh Center (PRC),  yang menyebut elektabilitas Ahok turun hingga lebih dari 10 persen. Pada Juli, Ahok memiliki elektabilitas 42,7 persen kini hanya 31,9 persen pada bulan Oktober.

Survei ini dilakukan terhadap 1.190 responden yaitu warga Jakarta berhak pilih.  PRC sebelumnya telah melakukan tiga kali survei pada Februari, Juli dan Oktober 2016.

Sementara Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network juga mencatat eletabilitas Ahok yang semakin menurun. Berdasarkan hasil survei terakhir LSI awal bulan ini, elektabilitas Ahok-Djarot hanya 31,1 persen, lebih kecil dari hitungan PRC.

Survei dilaksanakan pada 28 September – 2 Oktober terhadap 440 responden warga DKI Jakarta. Padahal pada Maret lalu masih mencatat persentase elektabilitas pasangan pejawat mencapai 59,3 persen. Bahkan, dalam survei pada Maret lalu, posisi Ahok tetap unggul jika dibandingkan dengan persentase 10 calon lain yang digabungkan. Elektabilitas 10 calon penantang Ahok saat itu hanya mencapai 26,30 persen.

Berikut Perhitungannya:

PolMark Research Center: Ahok-Djarot 31,9 persen

Lingkaran Survei Indonesia (LSI): Ahok-Djarot 31,10 persen

Media Survei Nasional: Ahok-Djarot 34,2 persen

Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI): Ahok (tanpa Djarot) turun menjadi 35 persen.