Sikapi Video Tolak Ahok, Peneliti Universitas Leiden Belanda Nilai UI Terlalu Reaktif

Video penolakan Ahok oleh mahasiswa Ui (IST)
Video penolakan Ahok oleh mahasiswa Ui (IST)

Universitas Indonesia (UI) terlalu reaktif dalam menyikapi video penolakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dilakukan mahasiswanya.

“Buat UI, jangan terlalu reaktif. Ini bukan pelanggaran besar,” kata peneliti dari Universitas Leiden Belanda Buni Yani di akun Facebook-nya.

Buni Yani yang juga dosen mengatakan, mahasiswa di manapun termasuk di UI perlu pembinaan dan bimbingan.

“Jangan sedikit-sedikit main panggil, ancam dan intimidasi. Penolakan mahasiswa ini kepada Ahok ada beberapa alasannya, di antaranya adalah karena iman dia sebagai seorang muslim,” ungkap Buni Yani.

Kata Buni Yani, mahasiswa UI yang menolak Ahok dalam video yang tersebar melalui Youtube cuma pakai jaket almamater dan latar belakang kampus UI Depok untuk menunjukkan bahwa dia orang terdidik dan tahu apa yang dikatakannya.

“Mestinya UI bangga dong punya mahasiswa melek politik, terlepas dari apakah dia benar atau salah. Kalau ada yang dilanggar tinggal diberikan pembinaan. Dosen saja perlu pembinaan, apalagi mahasiswa,” ungkap Buni Yani.

Buni mengatakan, Amerika Serikat yang menjadi kiblat UI kampusnya membiarkan aktivitas politik bahkan oleh pihak luar.

“Di Ohio dulu sekitar tahun 2001, waktu saya masih jadi mahasiswa, ada orang luar (masyarakat umum luar kampus maksudnya) datang ke kampus Ohio berceramah di dalam kampus mengecam seks bebas dengan alasan moral dan iman Kristiani. Dalam beberapa jam, segerombolan mahasiswi cantik-cantik yang tersinggung dengan ceramah tersebut datang dan bikin ceramah tandingan. Pidato dilawan dengan pidato tandingan. Yang saya ingat, seorang mahasiswi bilang, “I did it two times this morning.” Ini bikin saya ngikik sampai sekarang kalau ingat kejadian ini. 😀 😀 Kampus santai saja tidak overacting menangani hal-hal begini,” ungkap Buni Yani.

Buni Yani yang pernah menjadi wartawan VOA menceritakan pernah meliput aktivis kulit hitam Cornell West yang mengajar di Harvard melakukan demonstrasi civil disobedience di depan sebuah gedung.
“Dia melakukan protes oleh karena ideologi dan garis politk yang dipercayainya. Ini pemerintah lho yang dilawan, dan dia mengajak semua rakyat Amerika melakukan pembangkangan sipil. Dia ditangkap lalu ditahan,” ungkap Buni Yani.

Lanjut Buni Yani, pasca penangkapan Cornel West, hampir semua koran memberitakan dan mengaitkan afiliasi akademiknya yaitu Harvard.

“Harvard oke-oke saja, tidak merasa dipermalukan oleh Cornell West. Bahkan mungkin Harvard bangga karena punya staf dosen yang aktivis,” papar Buni Yani.

Menurut Buni Yani, harusnya UI dalam menyikapi video itu harus secara proporsional.

“Anak-anak mahasiswa kita perlu dibina dengan baik. Anak muda yang membanggakan adalah yang berani bersuara dan punya pendirian politik. Soal benar salah itu nomor dua. Kalau mahasiswa harus benar, ya mereka sudah jadi dosen dong seperti kita,” jelas Buni Yani.

Buni Yani menilai video tersebut sangat bagus di saat gerakan mahasiswa tidak terlihat. “Ini bagus menurut saya untuk membangkitkan aktivisme mahasiswa yang lagi melempem,” pungkas Buni Yani.