Skenario Cukong Cina Menjadikan Pribumi Kuli dan Jongos

Ahok - IST
Ahok – IST

Orang-orang non pribumi etnis Cina sekarang telah menguasai hampir seluruh aset ekonomi Indonesia. Bahkan, boleh dikata mereka sudah menguasai Indonesia dari Sabang sampai Marauke.

Pasca kepemimpinan Soekarno, non pribumi etnis Cina selalu mendapat banyak kemudahan dari perbankan. Ujung-ujungnya, mereka memeras rakyak dengan cara menaikan harga dagangannya, demi mendapatkan keuntungan berlipat-lipat, sehingga membuat rakyat bangkrut dan menjadi kere.

Di jaman Presiden Abdurrahman Wahid, orang-orang etnis Cina di Indonesia mendapat ‘berkah’. Eksistensi mereka mulai mendapat pengakuan secara politik dengan dilegalkannya agama Kong Huchu menjadi agama resmi di Indonesia.

“Ini seperti membuka kotak pandora setelah lama tertutup dengan PP 10 tahun 1959,” kata Bambang Smit, Ketua Umum Gerakan Pribumi Bersatu di Roemah Priboemi, Jalan Pejambon 1, Jakarta Pusat, Selasa (19/5/2015).

Sejak itu, kata Smit, kebobrokan dan kehancuran moral dan sosial selalu dipertontonkan oleh orang-orang etnis Cina. Seperti kebiasaan menyuap dan menyogok pejabat pemerintah, minum minuman keras, narkoba, seks bebas. Baca Etnis Cina Dalang Kerusakan Moral Bangsa

Smit mencontohkan orang-orang etnis Cina yang melakukan penjajahan ekonomi bagi bangsa Indonesia semakin nyata. “Fakta-fakta menunjukkan semua mal di setiap kota di Indonesia hampir 100 persen milik orang Cina. Importir barang barang kebutuhan pokok (Beras, Gula, Daging, Kedelai) juga orang Cina. Eksportir hasil bumi keluar negeri adalah orang Cina. Pemilik toko dan tengkulak di desa desa juga orang Cina. Pemilik pabrik pabrik dan pengusaha besar orang Cina. Pendukung semua presiden sejak jaman Suharto, Habibie, Gusdur, Megawati, SBY dan Jokowi di belakangnya pengusaha cina yang menjadi dalang ekonominya.

Media cetak dan elektronik (TV) sebagian milik orang Cina. Artis dan pembawa acara di televise sudah banyak orang Cina. Koruptor kelas kakap yang tertangkap KPK umumnya Cina yang menyuap para pejabat. Pengemplang BLBI Rp 650 triliun yang lari ke Singapura juga orang Cina. Daerah daerah di Jakarta seperti Jakarta Barat, Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Pusat saat ini sudah dikuasai orang Cina, sementara warga pribumi termasuk Betawi sudah tersingkir ke daerah daerah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Depok dan Tanggerang. Perkantoran di gedung gedung  mayoritas di Jalan Thamrin, Sudirman, Kuningan, juga miliki Cina dan karyawannya pun Cina. Toko toko Elektronik, onderdil motor dan bengkel, toko matrial bangunan dan distributor bahan pokok juga umumnya orang Cina,” kata Smit.

Baca juga:  Injak-injak Pribumi, Ahok Bentuk Nyata Neo Kolonialisme China

Menariknya, lanjut Smit, saat ini sudah banyak etnis Cina yang terjun menjadi pegawai negeri. Mereka selalu melakukan kecurangan dan mementingkan kelompoknya. Biasanya mereka menjadi pegawai negeri karena memiliki keahlian tertentu seperti dokter, tenaga teknis, dan lainnya.

“Seluruh lini strategis kini telah dikuasai. Berikutnya, tentu masuk ke dunia politik di mana mereka mulai menentukan arah kebijakan bangsa ini,” urainya.

Terbukti, kini mereka mulai melakukan dukungan materi para kandidiat legislatif, menjadi cukong pejabat yang masih aktif ataupun mencoba menjadi kepala daerah.

Smit mencontohkan, yang paling mencolok adalah sepak terjang Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok). Lulusan jurusan Geologi Universitas Trisakti ini menjadi anggota legislatif dan bupati di daerah mayoritas Cina (Bangka Belitung). Termasuk di Kalimantan Barat, gubernurnya juga orang Cina.

Tak hanya itu, saat ini kekuatan Cina internasional juga mendorong agar etnis-etnis mereka menguasai perpolitikan Indonesia. Baca Pencoblos Siluman Berkeliaran, Waspadai Bahaya Aseng

“Skenario ‘cukong’ Cina ini sangat mengerikan. Mereka malah menggunakan media-media untuk diarahkan ke sekuler. Sehingga pribumi sulit untuk melakukan perlawanan. Sekali melawan mereka akan dituding melakukan gerakan SARA. Banyak orang merasa tabu membicarakan pribumi-non pribumi, Cina non-Cina karena takut disebut sentimen terhadap isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Padahal mendiskusikan isu ini justru dengan tujuan meredam atau mencegah terjadinya kerusuhan dan perpecahan bernuansa SARA dalam bangsa Indonesia adalah tujuan mulia agar non pribumi tidak kurang ajar. Pribumi dan non pribumi (etnis Cina) adalah sebuah realitas sosiologis yang tidak bisa dibantah. Dimana perbedaan tingkat ekonomi telah menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat berujung pada perpecahan. Kerusuhan Mei 1998 adalah sebuah pelajaran yang tidak boleh terulang,” ujarnya.

Baca juga:  Presiden Jokowi Tolak Tim Independen Pengusutan Tewasnya 6 Laskar FPI

Dan kini, fakta terungkap DKI Jakarta menjadi korban skenario cukong Cina. “Ibukota dan pusat ekonomi ini jatuh ke tangan orang-orang Cina. Nantinya pasti akan disulap menjadi Singapura,” tuding Smit.

Strategi politik jangka panjang berikutnya adalah menguasai seluruh Indonesia Raya. Indonesia dipimpin oleh orang Cina.

“Munculnya Hary Tanoe dengan mesin politiknya (Perindo) seperti mengisyaratkan sebuah kekuatan baru untuk merongrong kedaulatan pribumi di nusantara,” kata Smit.

Setelah sukses menggenggam 80 persen asset ekonomi Indonesia, imbuhnya, tentu bagian akhir mereka adalah masuk ke ranah  politik dengan pengusaaan terhadap Indonesia.

“Tujuannya menjadikan bangsa Indonesia atau kaum pribumi sebagai “kuli dan jongos” di negerinya sendiri,” ujar Smit.

“Sudah saatnya keturunan Majapahit ambil bagian dalam pembenahan nuswantoro (nusantara) yang telah rusak karena dirusak. Lebih baik terlambat dari pada tidak berbuat. Lawan dominasi non pribumi, jangan biarkan minoritas menguasa mayoritas. Jika minoritas menguasai mayoritas seperti saat ini  menunjukkan ketidakcerdasan kita semua, baik penyelenggara negara maupun pribumi secara kolektif,” ungkap Smit.

Mengusir etnis Cina yang kurang ajar dari negeri tercinta Indonesia ini, kata Smit, bukan sebuah prilaku yang tabu karena presiden pertama Indonesia telah mencontohkan dengan mengusir etnis Cina dari Indonesia.

Fakta-fakta ini, kata Smit, adalah gambaran betapa mengerikannya kondisi negeri ini. “Oleh karena itu kepada seluruh warga Negara Indonesia untuk dapat memulai dan melakukan gerakan melawan kekuatan Cina yang sedang menjajah Indonesia yang suatu saat kelak akan memproklamirkan sebagai bagian dari Cina internasional di perantauan. Sebab, kekuatan Cina baru ini akan menyerap semua kemampuan ekonomi rakyat Indonesia dan sumber daya alam yang akan diarahkan ke Cina sebagai sumber alam yang mendukung bangsa Cina menguasai dunia,” pungkas Smit.