Rupiah Jeblok dan Jelang Kejatuhan Jokowi, Sebagian Warga Keturunan China Kabur ke Luar Negeri

Ilustrasi kawasan warga keturunan di Glodok (IST)
Ilustrasi kawasan warga keturunan di Glodok (IST)

Siang, Selasa (25/8) itu di kawasan toko elektronik, Glodok, Jakarta Barat tampak tidak ada aktivitas.

Beberapa toko tertutup. Hanya beberapa yang buka. Itu pun sepi pembeli. Semenjak nilai rupiah yang terus terperosok terhadap dollar AS, penjualan elektronik di kawasan Glodok sepi pembeli.

Suara Nasional pun ingin mengetahui penyebab, beberapa kawasan Glodok, Mangga Besar yang kebanyakan di huni warga keturunan China tidak terlihat.

Sebut saja, Halim. Pria berumur sekitar 35 tahun ini masih membuka toko elektronik di kawasan Glodok. Ia pun tidak ambil pusing terkait nilai rupiah yang terus menurun maupun isu gejolak politik yang akan terjadi.

“Saya sih ngak mau ikut ama teman-teman lainnya. Mereka tutup, takut ada kerusuhan pada 1998,” ungkap Halim.

Baca juga:  Indikator Politik Indonesia: Jokowi Punya Keterbatasan Kosa Kata dalam Bahasa Inggris

Halim mengakui bertempat tinggal di Pluit tidak akan mengikuti beberapa tetangga yang sudah pergi ke luar negeri.

“Semenjak rupiah anjlok, dan ada berita di media sosial, banyak orang-orang di Pluit yang ke Hong Kong, Singapura. Mereka khan masih punya saudara di sana,” ujar Halim.

Ia mengakui mencintai Indonesia, apapun yang terjadi akan tetap tinggal di bumi pertiwi. “Nyokap (ibu) tetap tinggal di Jakarta, walaupun ada saudara dari Surabaya dan Semarang yang minta untuk ke sana agar terhindar sesuatu yang tidak diinginkan. Saya percaya Jakarta masih aman,” papar Halim.

Kondisi yang sama juga terlihat di kawasan Mangga Besar. Sepanjang jalan Ruko di kawasan Mangga Besar tidak begitu ramai. Ada beberapa toko yang tertutup.

Baca juga:  Menciderai Demokrasi, KW-LMND Sulawesi Selatan Menolak 9 Tahun Jabatan Kepala Desa

Salah satu tukang parkir sebut saja, Ahmad mengatakan, semenjak nilai tukar dollar AS naik, beberapa toko ditutup. “Ada juga karyawan yang dirumahkan,” ungkap Ahmad.

Toko elektronik di Mangga Besar pun tidak banyak aktivitas. Hanya toko yang buka, itu pun sepi pengunjung.

Salah satu penjaga toko elektronik, sebut saja Wati mengaku sejak dollar AS naik penjualan barang-barang elektronik turun. “Harga barang elektronik terpengaruh harga dollar AS,” ujar Wati.


1 comment

Comments are closed.