Perubahan Itu Membutuhkan Pil Pahit ucap Jokowi

[nextpage title=”satu”]

jokowi5Agar Indonesia menjadi negara yang sejahtera, besar, dan punya martabat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, bahwa setiap perubahan besar dalam membangun bangsa memang menyakitkan bahkan seperti menelan pil pahit. Namun hal ini harus dilakukannya.

Jokowi mencontohkan, saat ia mengambil keputusan besar dan menyakitkan adalah ketika menghapus atau mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rp 300 triliun/tahun ke sektor-sektor produktif seperti infrastruktur pada November 2014 atau hanya sebulan setelah dirinya dilantik.

Sebelumnya Jokowi mengakui banyak yang mengingatkan dirinya agar tidak menaikkan harga BBM pada waktu itu.

“Memang desain kebijakan kita memang menyakitkan di depan, banyak yang saya sampaikan ke saya bapak popularitasnya turun. Saya tahu memang kebijakan-kebijakan kita awalnya menyakitkan tapi lihat tiga-lima tahun ke depan dilihat, kalau ternyata tak betul ya sudah,” ucap Jokowi saat menyampaikan pidato dalam acara Silaturahmi Pers Nasional di Auditorium TVRI, Senayan, Jakarta, Senin (27/4/2015).

Halaman 1 of 2

[/nextpage]

Baca juga:  Yusril Ingatkan Bahaya Politik & Islam Dipisah

[nextpage title=”dua”]

Selain itu Jokowi juga menegaskan bahwa untuk sampai tahap perubahan yang lebih baik memang butuh waktu. Apalagi saat ini tekanan ekonomi global masih dalam posisi yang tak menguntungkan. Menurutnya, kebijakan pemerintah harus banyak melakukan lompatan perubahan dan banyak terobosan meskipun menyakitkan.

“Memang perubahan itu membutuhkan pil pahit, membutuhkan kesabaran membutuhkan pengorbanan. Tapi keyakinan itu harus kita miliki. Kalau kita tak punya optimisme, rasa percaya diri, kesabaran ya suara seperti ini,” paparnya.

Melihat beberapa media yang masih menganggap dirinya mempulai pola pikir yang negatif, Jokowi meminta kepada media untuk mengubah pola pikir bangsa Indonesia agar punya optimisme yang tinggi dan pemikiran positif, bahwa Indonesia ke depan akan menjadi negara yang sejahtera, besar, dan punya martabat.

Karena menurut Jokowi, bila anggaran subsidi BBM dialihkan ke sektor infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, rel kereta dan sebagainya, maka dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan biaya transportasi dan efisiensi. Namun sekali lagi, proses tersebut memang tak mudah karena memang butuh pengorbanan.

Baca juga:  Mempererat Silaturahmi, Komunitas Nelayan di Makassar Serukan Ganjar Presiden 2024

“Mengalihkan itu ke hal-hal produktif tapi memang sakit,” jelasnya.

Jokowi berharap media tetap mengkritik namun dengan data, selain itu juga bisa memberikan saran-saran membangun dan memberikan solusinya kepada pemerintah.

“Dengan kata lain saya harapkan media menjadi sebuah cahaya, cahaya moralitas dan itu semua untuk kemajuan bangsa dan negara,” imbuhnya.

“Kalau kita mau yang datar-datar saja ya kita akan datar terus, memang perlu loncatan dan keberanian kalau itu diperlukan akan saya putuskan,” tutup Jokowi.

Halaman 2 of 2

[/nextpage]

[EPSB]

[/EPSB]