Amil Harus Jaga Kesehatan

Oleh: Nana Sudiana
(Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Menjadi amil, panjang durasinya. Karena itu, dibutuhkan kesehatan yang prima demi terus membantu sesama insan. Kita semua harus terus jaga kesehatan dengan maksimal. Bagi amil yang ingin selalu sehat, mari hindari begadang.

Amil yang baru bergabung, kadang karena saking semangatnya, sampai-sampai dengan sukarela membawa pekerjaan ke rumah. Akhirnya, mereka pun bekerja sampai larut malam untuk mengejar tuntasnya semua tugas.

Padahal, untuk bisa fit esok paginya, tubuh manusia perlu istirahat yang cukup. Dengan istirahat yang cukup, tubuh akan kembali bugar dan tidak gampang sakit sepanjang hari.

Dengan tidak sering-sering begadang, kita juga bisa bangun pagi-Pagi untuk qiyamul lail dan shalat subuh tepat waktu. Di samping itu pula, kita tak khawatir berangkat telat ke kantor. Sebagai amil yang baru bergabung, harus diingat, jangan sampai bangun kesiangan dan terlambat masuk ke kantor hanya karena masih berstatus percobaan.

Selain itu, untuk semakin mengokohkan kedudukan kita di tengah amil lainnya, mari kita pastikan untuk terus bersikap sopan kepada semua orang. Walaupun orang baru tapi kita tidak boleh bersikap minder, khususnya bila bertemu atau berpapasan dengan orang-orang yang jabatannya lebih tinggi dibandingkan kita.

Kita bisa menyapa mereka dengan sopan, sambil sedikit berbasa-basi. Jika kita berpapasan dengan orang yang baru ditemui sekalipun, jangan membuang muka dan usahakan untuk tersenyum. Kita tidak akan pernah tahu, mungkin orang itu ternyata atasan kita.

Bila kita terus mempertahankan diri bersikap sopan, ini berarti kita mulai memasuki lapisan terdalam untuk jadi penentu keberadaan sebagai amil baru. Artinya, dengan cara kita bergaul dengan baik dan sopan, bisa jadi orang-orang lama betah dan nyaman dengan kita. Bukan tak mungkin pula bila sebagian dari mereka yang betah dan nyaman itu atasan kita. Para atasan merasa dihormati dan dihargai.

Selain lima kiat di atas, sebagai amil yang baru bergabung, pastikan selalu menanamkan mindset untuk memberikan yang terbaik bagi lembaga. Sejatinya, penghalang kesuksesan terbesar itu diri kita sendiri. Bisa saja di tengah perjalanan karier sebagai amil, kita melakukan kesalahan. Namun, dengan kesadaran penuh, kita meminta maaf atas kesalahan itu lalu berjanji untuk memperbaikinya sekaligus menjadikan kesalahan sebagai pelajaran berharga.

Sekali lagi, kunci utama untuk amil baru bisa bertahan di lembaga pengelola zakat adalah soal adaptasi. Seberapa pun pintarnya kita. bila tak memiliki ketahanan sekaligus kemampuan adaptasi maka dipastikan kita tak akan bertahan lama di dunia zakat.

Memang tidak mudah untuk beradaptasi di tempat baru. Namun, dari kemampuan adaptasi ini insya Allah akan terlahir kemampuan komunikasi yang baik.

Bila kita mampu berkomunikasi dengan siapa, maka satu bagian penting akan lebih cepat dan mudah dijalani, yakni belajar dari para pendahulu. Bila pembelajaran ini sukses pula ditempuh, maka bukan mustahil para amil yang baru datang itu terbilang amil sejati aset masa depan lembaga. Di pundak merekalah asa untuk menggantikan amil-amil yang ada saat ini dengan kemampuan dan keterampilan yang jauh lebih baik.