Mantan Dubes RI di Polandia Bongkar Skenario & Operasi Penghancuran Habib Rizieq

Habib Rizieq Syihab (IST)

Telah terjadi skenario dan operasi untuk menghancurkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab (HRS).

“Selama berada di pengasingan di Saudi, setidaknya tiga kali HRS berusaha dihancurkan,” kata mantan Duta Besar RI untuk Polandia Hazairin Pohan dalam artikel berjudul “Rizieqem Dellendam Esse! atau Hancurkan Rizieq!”

Kata Hazairin, pertama penghancuran HRS bisa dilihat pernyataan Dubes RI di Riyadh Agus Miftah, bahwa status keimigrasian HRS berpotensi dideportasi.

KBRI siap membela dan melindungi beliau,” kata siaran pers Dubes.

“Diharapkan, pendukung HRS dan GNPF gempar, mengapa tokoh yang diklaim ulama GNPF menjadi tamu istimewa itu ternyata ‘tidak ada apa-apanya, bahkan terancam dideportasi. Pengerdilan ketokohan HRS menjadi tujuan yang ingin dicapai,” ungkapnya.

Penghancuran HRS kedua, kata Hazairin ketika dikabarkan HRS ‘dicekal’ di bandara ketika hendak berangkat ke Malaysia untuk urusan studinya. KBRI pun dikatakan ‘pasang badan’ di bawah rubrik perlindungan masyarakat di luar negeri ‘akan membela’.

“Dikesankan, tanpa bantuan KBRI maka HRS berpotensi ditahan. Berita hoax pencekalan ini juga bersumber dari Dubes RI Riyadh,” ungkap Hazairin.

Kata Hazairin, penghancuran HRS untuk Ketiga kalinya, ketika rumah Imam Besar FPI di Makkah ditempeli bendera, difoto dan dilaporkan menjadi markas gerakan teroris. Seketika, foto HRS berbincang dengan polisi di depan rumahnya menyebar ke tanah air bersama dengan ‘siaran pers’ Dubes RI Riyadh.

Dikabarkan oleh Dubes bahwa HRS ditahan untuk dimintai keterangan soal laporan markas teroris itu di rumahnya.

“Dalam kasus ketiga soal bendera ini, skenario yang dikembangkan adalah untuk membuat persoalan hukum dan mengadu-domba antara HRS dengan pemerintah KSA,” jelas Hazairin.

Hazairi melihat keganjilan ketika Kapitra Ampera, mantan pengacara HRS yang telah dipecat karena menyeberang, ikut membumbui cerita.

“Entah atas mandat darimana, Kapitra membuat wawancara dengan sejumlah media. Dan ‘media bayaran’ ini ‘pura-pura tidak tahu’ bahwa Kapitra telah dipecat langsung memuat wawancara itu. Ini rekayasa pembentukan opini liar,” paparnya.

Menurut Hazairi kejadin ketiga yang menimpa HRS penuh rekayasa dan diopinikan negatif di Indonesia terbantahkan pernyataa Duta Besar Arab Saudi Osama bin Mohammed Al-Shuaibi

“Dubes Osama menganggap Imam Besar HRS sebagai korban dari kelompok tertentu yang ingin menciptakan instabilitas. KSA menyebut Rizieq adalah orang baik, pemimpin umat Islam dan berakhlak mulia. Lawan-lawan politik HRS bersama GNPF dan FPI pun tak berkutik, tak berani membantah. Ini yang bicara adalah sumber otoritas. Dubes Osama menegaskan soal status keimigrasian Rizieq di Arab Saudi sama sekali tidak bermasalah. Dubes Arab Saudi juga membantah keterangan Dubes RI Agus Miftah bahwa Rizieq ditangkap oleh kepolisian setempat saat kejadian pemasangan bendera di belakang rumahnya. Pada kenyataannya, HRS hanya diminta keterangan,” jelas Hazairin.

Setelah tiga kejadian ini Hazairin menilai ‘operasi penghancuran HRS’ tidak efektif lagi. Malah semakin menunjukkan kebesaran dan poin yang diraih HRS.

“Mari kita tunggu, apakah isu baru akan dimunculkan lagi yang bersumber dari KBRI Riyahd. Saya fikir, dengan terbuka secara gamblang skenario “Rizieqem Dellendam Esse” telah gagal. Kita pantaulah,” papar Hazairin

Ke depan, kata Hazairin pemerintah harus memilih dubes yang amanah, profesional dan berintegritas di wilayah-wilayah negara strategis, termasuk di Saudi Arabia.

“Kepentingan kita lebih besar di sini daripada kepentingan Saudi di Indonesia. Jangan sekadar ‘bisa berbahasa Arab’,” pungkas Hazairin.