Dosen UGM: Roy Suryo Politisi Comberan dan Penjilat Besar

Roy Suryo (IST)

Roy Suryo yang mencibir kesuksesan Asian Games 2018 dan belum mengembalikan inventaris negara menunjukkan seorang politisi comberan dan penjilat besar.

“Bagi saya Anda hanya politisi kelas comberan dan seorang penjilat besar,” kata dosen Fakultas Teknik UGM Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph. D.

Bagas menyatakan seperti itu dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Roy Suryo.

Bagas mengakui kakak kelas Roy Suryo di di SMA Negeri 3 Padmanaba, Yogyakarta. “Sejauh saya tahu Anda sama sekali tidak menonjol di bidang akademik,” jelas Bagas.

Sebagai bangsa yang bermartabat, bagas bangga dengan capaian Indonesia di Asian Games. Tidak ada celah untuk bersikap sinis atau sumbang apapun alasannya.

“Namun, jika Prabowo sekalipun yang jadi Presiden dan mampu menyelenggarakan Asian Games dengan prestasi seperti kemarin, sayapun akan menghormati Prabowo dan memgucapkan selamat,” jelasnya.

Kata Bagas, cara berfikir Roy Suryo kumuh dan terdispersi dalam spektrum politik alias ucapan subyektif dan kehilingan akal sehat melihat fakta.

“Maju tak gentar membela yang bayar. Anda pikir semua orang goblog, sehingga bisa nyaman dengan ucapan anda. Ketika anda jadi Menpora, Anda nihil dengan prestasi,” jelasnya.

Ia mengingatkan Roy Suryo hanya hanya s1 namun gaya bicara sok menggurui kayak Doktor lulusan dari perguruan tinggi hebat.

Selain itu, Bagas mengingatkan Roy Suryo untuk mengembalikan inventaris negara saat menjabat Menpora era Presiden SBY.

“Bagaimana urusan anda dengan inventaris rumah dinas Menteri? Katanya Anda mengambili barang-barang inventaris negara? Saya baca surat dari Gatot S. Dewa Broto tertanggal 1 Mei 2018 yang beredar liar di publik. Daripada Anda komentar sumbang soal Asian Games, lebih baik segera kembalikan barang-barang milik negara yang sempat anda larikan,” paparnya.

Kata Bagas, kelakuan Roy Suryo yang belum mengembalikan inventaris negara sangat memalukan.

“Gatot S. Dewa Broto itu kakak kelas saya di SMP Negeri 2 Yogyakarta dan ketemu kembali di Jerman tahun 1990,” pungkasnya.