Rezim Jokowi Hancurkan BUMN Migas dan Listrik untuk Bancakan Taipan dan Asing

Presiden Jokowi Widodo
Presiden Jokowi Widodo – Foto: Ray Jordan

Saat ini ada upaya Rezim Jokowi menghancurkan Perusahaan Gas Negara (PGN), Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk dijadikan bancakan taipan dan asing

Demikian dikatakan pengamat politik dan ekonomi Salamuddin Daeng dalam pernyataan kepada suaranasional, Selasa (23/5).

Kata Salamuddin, ketiga BUMN ini dipaksa mencari sumber pembiayaan baik utang maupun investasi asing dalam rangka memenuhi ambisi oligarki penguasa.

“Proyek-proyek infrastruktur megah tentu akan menghasilkan dana besar bagi oligarki pemerintahan ini,” ungkap Salamuddin.

Kata Salamuddin, penguasan swasta dan asing terhadap PGN mencapai 43%. Jika ditambah dengan total utang PGN, maka penguasaan swasta atas PGN telah mencapai 84% dari total asset PGN. Tentu PGN ini tidak lagi dapat disebut sebagai perushaaan Negara.

“Perusahaan ini telah menjadi milik taipan dan asing. Bias dibayangkan jika PGN terus dipaksa membiayai berbagai mega proyek investasi asing dan utang. Maka akan habislah perusahaan ini dijual,” ungkapnya.

Kata Salamuddin, Pertamina juga akan dijadikan bancakan taipan dan aseng perusahaan ni akan dilego untuk mendapatkan utang. Tidak tanggung tanggung, nilai mega proyek yang akan dibangun Pertamina mencapai Rp. 700 triliun.

“Maka satu satunya cara untuk merealisasi proyek adalah dengan mengambil utang ke pasar keuangan. Maka secara perlahan lahan Pertamina akan menjadi ajang bancakan asing dan taipan,” ungkapnya.

Ia mengatakan, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi bancakan yang sangat empuk dewasa ini. Perusahaan dipaksa memenuhi ambisi pemerintah membangun mega proyek 35 ribu megawatt. Sebuah mega proyek yang menjadi bancakan asing dan taipan.

Salamuddin mengatakan, utang PLN sudah menggunung dan sumber utang tersebut adalah sebagai berikut 1. World Bank sebesar US$3,75 miliar, Asian Development Bank (ADB) sebesar US$4,05 miliar, Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$5 miliar, KfW Bankengruppe sebesar 1,65 miliar Euro, AFD Perancis sebesar 300 juta Euro, China Exim Bank sebesar US$5 miliar, China Development Bank sebesar US$10 miliar, dan Islamic Development Bank (IDB) sebesar US$300 juta.

Selanjutnya baru baru ini PLN mengambil utang dari pasar keuangan internasional US$ 7 miliar atau sekitar Rp. 94.5 triliun.

“Dengan demikian maka total utang PLN telah mencapai Rp. 500,175 triliun. Ini merupakan perusahaan dengan rekor tertinggi dalam mengambil utang. Total utang PLN sebelum revaluasi asset telah lebih dari 100 % dari total asset,” ungkapnya.