Gubernur NTB Datang, Peserta Seminar: Capres

Gubernur NTB M Zainul Majdi saat jadi pembicara seminar di Universitas Paramadina (IST)

Peserta diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta menyebut Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang sebagai calon presiden (capres).

“Calon presiden,” kata peserta seminar saat Zainul Majdi masuk ruangan seminar, Sabtu (20/5).

Zainul Majdi sebagai pembicara seminar “Politik Dalam Islam: Membangun Ghirah Politik Umat Islam Dalam Rangka Memperteguh Persatuan Nasional”.

Dalam seminar itu, doktor Ilmu tafsir dari Universitas Azhar Kairo Mesir ini mengatakan, Islam dan demokrasi bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan secara diametral. Keduanya memiliki nilai-nilai dasar yang sama seperti keadilan, persamaan, hak asasi manusia, proses politik yang akuntabel dan transparan, serta adanya konsep yang memperjuangkan keadilan sosial.

“Bahkan, Nusa Tenggara Barat menggunakan Islam dan demokrasi untuk menciptakan program pembangunan dengan tujuan memberikan kemakmuran bagi masyarakatnya,” terang Gubernur yang lebih akrab disapa TGB itu.

Dalam seminar yang turut mengundang mantan Ketua PB HMI, Dr. Ferry Mursyidah Baldan, CEO Polmark Indonesia, Saefullah Fatah, dan Ketua MURI, Jaya Suprana.

Ia mengungkapkan cita-cita untuk membuat NTB yang beriman, berbudaya, berdaya saing dan sejahtera.

“Untuk membuat NTB beriman, kita tidak masuk formalisasi, tapi kita melihat nilai-nilai dalam Islam yang dapat masuk di dalamnya, misalnya dengan membuat Pergub Pemberian Asi Eksklusif dan Program Perlindungan Ibu dan Anak. Program tersebut sebenarnya didasarkan pada nilai-nilai Islam yang memiliki sifat universal yang sama dengan ide yang dibawa demokrasi.Siapa yang bisa mengatakan bahwa program perlindungan ibu dan anak itu bukan wujud dari politik demokrasi,” tegas Zainul Majdi.

Lebih lanjut, Gubernur mengungkapkan bahwa Islam memiliki dua dimensi, yakni dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan, sebagaimana konsep ini juga ada di dalam Pancasila. “Pancasila adalah kemanusiaan dan berketuhanan”, sebutnya.
Ketuhanan batu ujiannya ada pada kemanusiaan. Jika ada umat Islam yang melaksanakan agama namun dengan menyakiti orang lain, maka pada dasarnya ia keluar dari nilai-nilai agama. “Kita beragama di dunia ini untuk berkontribusi dan berbuat demi kebaikan,” pungkas Zainul Majdi.