Wow, Makan di Kantin Gas Methan Bayarnya Bisa Pakai Sampah Plastik

Foto: Angling Aditya Purbaya/detikcom
Foto: Angling Aditya Purbaya/detikcom

Kantin Gas Methan, itulah nama warung yang dibuka di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Semarang. Sarimin mengatakan ide membuka warung itu baru terealisasi awal tahun ini tepatnya bulan 1 Januari 2016. Ia berusaha agar para pemulung yang kerap makan di tempatnya tidak utang lagi, bahkan bisa menguntungkannya.

Ide membuka warung berawal dari seringnya orang yang utang di warung makan miliknya, pasangan suami istri asal Semarang, Sarimin (54) dan Suyatmi (42) membuat warung unik yaitu warung makan dengan transaksi tidak menggunakan uang, namun memakai sampah plastik untuk membayar.

“Dari situ saya mikir, mereka sering utang makan karena sampah yang dikumpulkan belum menghasilkan uang. Akhirnya saya minta mereka bayar pakai plastik saja,” ungkap Sarimin.

Cara pembayarannya pun sangatlah unik, jadi siapa saja yang ingin makan di Kantin Gas Methan harus membawa minimal 20 kilogram. Ada timbangan sederhana di depan warung yang dibawa oleh Sarimin. Untuk sampah plastik basah akan dihargai Rp 400 per kilogram dan plastik kering Rp 500 per kilogram. Nominalnya tidak bisa diuangkan, namun diganti dengan makanan serta minuman, bahkan jika harga makanan lebih murah dari nilai beratnya, maka sisanya bisa ditabung untuk makan berikutnya.

“Sehari bisa dapat 2 kuintal plastik yang dikumpulkan 20 pemulung. Biasanya kalau sudah, saya dapat 1 sampai 2 ton lalu diangkut. Saya untung dari plastik dan dagangan nasi,” papar warga asli Rembang itu.

Baca juga:  Kamil dan Ahmad, "Google" Alqurannya Indonesia

Keuntungan lain dari menjual ‘uang’ plastik ke pengepul, Sarimin dan istrinya juga untung dari sisi bahan bakar memasak karena mereka memanfaatkan energi alternatif yaitu gas metana atau CH4 dari timbunan sampah yang memang sudah diberdayakan oleh Pemkot Semarang. Nama gas itu juga yang menjadi inspirasi nama warung milik Sarimin.

“Kami bisa untung lumayan karena gas metana ini gratis. Sebulan kantin sampah ini bisa untung Rp 1,5 juta,” tambah istri sarimin.

Lalu apa saja yang dihidangkan di Kantin Gas Methan? Ternyata menunya cukup sederhana namun tetap mengenyangkan yaitu nasi rames dengan berbagai lauk, nasi telur, nasi lele, dan nasi mangut.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pun penasaran akan keberadaan ‘kantin sampah’. Pria yang akrab disapa Hendy itu memang kerap makan di warung-warung warga dan ia menyempatkan mampir ke Kantin Gas Methan. Sesuai dengan peraturan, Hendy juga membawa sampah plastik sebagai media pembayarannya.

Usai melahap sepiring nasi berlauk ikan pindang dan oseng daun ubi jalar, Hendy menyampaikan apresiasinya dari ide pembayaran menggunakan sampah plastik. Hal itu sesuai dengan isu memerangi sampah plastik yang gencar dihembuskan.

“Ini merupakan program inovatif memberdayakan masyarakat agar memahami pengolahan sampah menjadi barang yang lebih berguna, warung semacam ini selain untuk mendukung program pemerintah pusat memerangi sampah plastik dengan kantong plastik berbayar, kantin bu Yatmi ini menerima pembayaran makanan dengan sampah plastik, saya kira ini merupakan inspirasi yang bisa dikembangkan ditempat lain,  memberdayakan ekonomi masyarakat bawah untuk menghidupi keluarganya,” ucap Hendy.

Baca juga:  Kunci Sukses Holycow, Gaji Karyawan Gak Boleh Telat

Selain itu, dengan dipilahnya sampah plastik di Kantin Gas Methan, bisa sangat bermanfaat untuk proses pemanfaatan sampah plastik menjadi listrik seperti program pemerintah yang mulai dicanangkan, atau mempermudah untuk proses mendaur ulang.

“Bapak dan ibu (Sarimin dan Suyatmi) adalah pahlawan karena mewujudkan program itu. Pihak UPTD Jatibarang dan Dinas Kebersihan sudah kami minta mengembangkan ke lokasi lain,” kata Hendy.

Rencananya ide makan dengan membayar menggunakan sampah plastik itu akan diterapkan di daerah lain beriringan dengan peraturan plastik berbayar. Jika sudah terwujud, pemerintah membuat akses agar sampah-sampah plastik itu  dibeli oleh pengepul  atau orang-orang yang mampu mendaur ulang menjadi barang bernilai jual.

“Kita akan mulai buka cabang di kawasan Semarang Timur. Formulanya mendayagunakan sampah plastik. Kita juga akan fasilitasi agar  tempat yang dipakai untuk berjualan sesuai dengan  penegakan Perda,” pungkas Hendy.